SEBELUM kita menyimak detail teknis, bayangkan momentum diplomasi perdagangan yang berkembang di balik angka 19 persen yang kini menjadi tajuk utama.
Pergeseran ini membuka pintu kolaborasi baru dan mempertegas keteguhan diplomasi ekonomi Indonesia-AS.
Kini, mari kita lihat sudut pandang baru—bagaimana negosiasi ini menjadi pijakan strategis untuk industry berat dan sinergi ekspor alternatif.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Negosiasi Komprehensif Menjadi Pilar Diplomasi Ekonomi RI-AS
Indonesia telah meluncurkan paket negosiasi beragam, mencakup tarif, non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, komersial, dan investasi yang konkret dan saling menguntungkan.
Menko Airlangga Hartarto menegaskan, “Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progres perundingan.”
“Ke depan, kita akan terus berupaya menuntaskan negosiasi ini dengan prinsip saling menguntungkan.”
Baca Juga:
Kebakaran di IMIP Morowali: Diduga Korsleting Listrik, Belum Ada Laporan Korban Jiwa
Prabowo Usulkan Solusi Dua Negara, Netanyahu Menjawab Dengan Janji Teknologi
Pada pertemuan awal pada 17 April, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima AS untuk membahas perdagangan adil dan berimbang .
Tarif 19 Persen Efektif 7 Agustus, Menjadi Sorotan Regional
Tarif resiprokal 19 persen resmi berlaku mulai 7 Agustus 2025, diumumkan AS kepada 92 negara, menempatkan Indonesia di antara tarif terendah ASEAN, hanya di atas Singapura (10 persen).
Airlangga Hartarto menyebutkan, “Seluruh negara ASEAN hampir selesai (negosiasi) … tarifnya paling rendah 19 persen,” selain Singapura.
Angka 19 persen adalah tarif final dan mengikat hasil pembicaraan tingkat tinggi antara Presiden Prabowo dan Presiden AS Donald Trump .
Baca Juga:
60% Sektor Informal, Indonesia Perlu Strategi Kolektif Hadapi Tantangan
Menkeu Purbaya Targetkan Pertumbuhan 7 Persen, DPR Ingatkan Risiko PHK dan Defisit APBN
Lebih dari 50 Organisasi Tionghoa Hadir, PSMTI Tegaskan Peran Bangsa 2025
Sektor Besi dan Baja: Tantangan Belum Usai
Sayangnya, industri besi dan baja nasional belum masuk dalam relaksasi tarif itu dan masih menghadapi bea masuk 50 persen.
Harry Warganegara, Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), menuturkan, “Besi dan baja memang tidak banyak tapi kalau bisa, akan menambah peluang kita masuk ke pasar Amerika Serikat.”
Ia juga menyebut bahwa volume ekspor ke AS hanya sekitar 70–80 ribu ton per tahun, dari total ekspor baja 5 juta ton .
Upaya Negosiasi Lanjutan: Aspirasi Nol Persen dan Diversifikasi
Pemerintah kini mendorong tarif khusus untuk komoditas yang tidak diproduksi AS mendapat penurunan hingga nol persen.
Juru Bicara Kemenko Ekonomi, Haryo Limanseto, menyatakan bahwa komoditas seperti kelapa sawit, kakao, kopi, karet, rempah-rempah, nikel, dan tekstil (HS 61, 62, 64) termasuk yang diusulkan mendapat tarif bebas.
Pendekatan ini tidak hanya membuka akses pasar, tetapi juga memiliki multiplier effect pada penciptaan lapangan kerja sektor padat karya.
Baca Juga:
Operasi Bersih Sawit Ilegal 360 Hektare di Gunung Leuser
Efektivitas Sabun Cuci Tangan Dan Hand Sanitizer Terbukti Berbeda
BI Optimistis Kredit Akan Lebih Murah, Likuiditas Bank Cukup Kuat
Sinergi Industri dan Ketangguhan Ekspor
IISIA merekomendasikan sinergi lintas lembaga, misalnya dengan Bea Cukai, untuk memperkuat ekosistem industri baja nasional.
Strategi adaptif juga mengandalkan fasilitas seperti Pusat Logistik Berikat (PLB) untuk meredam dampak tarif tinggi melalui efisiensi logistik.
Airlangga menyebutkan bahwa penurunan tarif ini membuka peluang energi strategis, barang pertanian, serta mineral seperti copper diperlakukan lebih menguntungkan.
Mendag Budi Santoso pun melihat keuntungan kompetitif Indonesia dibandingkan negara kawasan berkaitan tarif 19 persen ini.
Penutup yang Memberdayakan
Kini, tongkat estafet negosiasi bergeser dari angka–angka subsidi tarif ke strategi inklusif yang mendukung ekspor, industri domestik, dan penciptaan lapangan kerja.
Portofolio negosiasi yang komprehensif membuka jalan bagi solusi konkret seperti tarif nol persen dan diversifikasi pasar, yang bukan hanya mengatasi hambatan, tetapi juga membuka peluang positif baru.
Ini adalah bukan hanya cerita tentang angka 19 persen, tetapi kisah optimisme diplomasi ekonomi yang berorientasi solusi dan pertumbuhan berkelanjutan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center