KENGPO.COM – Pada tahun 2025, BKPM menargetkan investasi Indonesia dari luar negeri dan lokal sekitar Rp1.950 triliun, meningkat dari 2024 yang sebesar Rp1.650 triliun.
Adapun pada 2026 ditargetkan lebih meningkat lagi mencapai kisaran lebih dari Rp2.200 triliun.
Pihak Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) disebut sudah menyiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Baik dari segi kebijakan maupun regulasi, untuk fokus meningkatkan target investasi.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani di Gedung BI, Jakarta, dikutip Sabtu (30/11/2024).
Rosan menyampaikan hal itu dalam doorstop pasca Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024
“Pastinya kebijakan-kebijakan dari AS maupun Tiongkok dampaknya itu pasti akan ada ke kita.”
Baca Juga:
Perang Dagang Kian Dekat: Tarif Baru AS Hantam Asia, Afrika, dan Eropa
Riza Chalid Tiga Kali Mangkir, Kejaksaan Pertimbangkan Penetapan Status Buron
IPO PMUI Picu Evaluasi Skema Penjaminan Bursa Efek Indonesia
“Kenapa? Tiongkok partner dagang terbesar di Indonesia, investasi juga nomor dua terbesar juga dari Tiongkok.”
“Kemudian, surplus perdagangan kita juga dari Amerika. Jadi, adanya dinamika dari hubungan ini.”
“Mempengaruhi pertumbuhan perekonomian juga pasti akan mempengaruhi kepada kita,” ungkapnya.
Rosan juga menilai bahwa Donald Trump yang baru terpilih sebagai Presiden AS berpotensi menerapkan kebijakan proteksionisme sebagaimana pada periode pertama.
Baca Juga:
Menteri UMKM Bantah Pakai Uang Negara untuk Perjalanan Istri
Laba Bersih Rp7,9 Miliar WINR Tahun 2024 Dialokasikan untuk Dana Cadangan dan Laba Ditahan
Hari Bhayangkara 2025, PSMTI Dukung Polri yang Semakin Profesional
Jika dilihat dari tim ekonomi yang disiapkan Trump, kecenderungan proteksionisme dijalankan kembali cukup tinggi.
Rosan mengatakan tantangan investasi tahun 2025 berasal dari eksternal.
“Tantangan tahun depan tentunya adalah yang di luar kontrol kami. Contohnya geopolitik yang tensinya makin meningkat dan geo ekonomi,” ujar dia.
Di saat bersamaan, pihaknya meyakini bahwa setiap dinamika geopolitik-geo ekonomi.
Seperti tensi antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, justru ada peluang besar bagi kedua negara tersebut.
Untuk merelokasi pabrik di kawasan-kawasan yang cenderung tak stabil.
Baca Juga:
MDKA Maksimalkan Efisiensi Tambang Lewat Strategi Sinergi Antar Entitas
Adira dan Mandala Merger, Perkuat Struktur Dana dan Basis Nasabah Mikro
Alsintan Disalahgunakan? Wamentan Ingatkan Sanksi Pidana Menanti Pelanggar
“Oleh sebabnya, kita juga harus proaktif berbicara dengan pihak-pihak itu.”
“Karena kalau dulu, beberapa tahun yang lalu, pada saat tension itu meningkat, Indonesia bukan beneficiary yang paling besar di negara ASEAN.”
“Maksudnya, kita hanya nomor empat atau nomor lima dari relokasi pabrik-pabrik yang ada di dunia,” ucap Rosan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Sawitpost.com dan Koperasipost.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Hello.id dan Sentranews.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.