Perang Dagang Kian Dekat: Tarif Baru AS Hantam Asia, Afrika, dan Eropa

Brasil kena tarif 50%, Indonesia 32%, dan Uni Eropa kolektif 30%, memaksa negara-negara membuka negosiasi baru dengan Washington.

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 14 Juli 2025 - 15:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. (Facebook.com @Donald J. Trump)

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. (Facebook.com @Donald J. Trump)

PRESIDEN Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menguji ketahanan perdagangan bebas global dengan pengumuman tarif impor baru yang agresif pada awal Juli.

Dalam surat resmi yang dikirim ke lebih dari 30 negara, Trump menetapkan tarif impor baru sebesar 20% hingga 50% untuk berbagai mitra dagang utama Amerika.

Tarif baru ini menjadi kelanjutan dari strategi proteksionisme yang ia perkenalkan sejak April lalu, dengan tenggat waktu 1 Agustus bagi negara-negara untuk menyelesaikan kesepakatan dagang baru.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penerapan tarif yang lebih tinggi ini kembali menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah Amerika Serikat masih komitmen pada prinsip-prinsip perdagangan bebas yang selama ini ia dorong di panggung global.

“Tarif adalah instrumen negosiasi, bukan tujuan,” ujar Trump melalui Truth Social, sambil memperingatkan bahwa setiap aksi balasan akan dijawab dengan tarif tambahan.

“Amerika harus memastikan perdagangan yang adil, namun tetap terbuka,” tegasnya.

Negara yang paling terdampak adalah Brasil dengan tarif tertinggi, mencapai 50%, diikuti Myanmar dan Laos masing-masing 40%, serta Kamboja dan Thailand di kisaran 36%.

Sementara Indonesia, sebagai salah satu eksportir penting tekstil dan elektronik ke AS, ditunda 3 mingggu untuk negosiasi (sebelumnya dikenai tarif 32%).

Negara-Negara Mitra Bereaksi Beragam Menghadapi Ancaman Perang Tarif

Negara-negara yang terkena tarif tinggi menyusun strategi berbeda dalam menghadapi kebijakan proteksionisme baru AS ini.

Thailand, misalnya, cepat merespons dengan mengajukan proposal akses lebih besar untuk produk pertanian dan energi AS, demi menekan tarif dari semula 49% menjadi 36%.

Indonesia mengambil langkah serupa dengan melobi Washington, seraya menyampaikan komitmen untuk memperluas akses pasar AS bagi produk pertanian.

Jepang dan Korea Selatan menyampaikan “penyesalan mendalam” namun tetap membuka pintu perundingan untuk menghindari kerugian lebih besar bagi ekonomi kawasan Asia Timur.

Dari Afrika, Presiden Cyril Ramaphosa menyebut kebijakan ini “mengganggu keseimbangan perdagangan” namun menyatakan kesiapannya untuk terus mencari solusi saling menguntungkan.

Sementara itu, Uni Eropa menyatakan ancaman balasan jika kebijakan ini tidak direvisi.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut, “Kami tidak akan ragu melindungi kepentingan bisnis dan konsumen Eropa.” (ec.europa.eu)

Uni Eropa sendiri dikenakan tarif kolektif sebesar 30%, naik dari 20% sebelumnya, meskipun sempat diancam hingga 50%.

Dampak Jangka Panjang: Globalisasi Dipertaruhkan, Pasar Bebas Perlu Dipertahankan

Kebijakan baru ini mencerminkan visi proteksionisme Trump, yang sering bertentangan dengan prinsip pasar bebas yang selama ini menopang pertumbuhan ekonomi global.

Dari perspektif ekonomi liberal, tarif impor sebesar ini menurunkan efisiensi, menaikkan harga konsumen, dan mengganggu rantai pasok internasional.

Fakta bahwa negara-negara kecil seperti Moldova, Brunei, dan Sri Lanka juga ikut terkena tarif 25–30% menunjukkan bahwa kebijakan ini berpotensi memukul pertumbuhan ekonomi negara berkembang.

Sektor padat karya, seperti tekstil dan pakaian dari Asia Selatan, serta anggur dan bahan bakar dari Eropa Timur dan Afrika Utara, diperkirakan akan merasakan dampak paling cepat.

Di sisi lain, penguatan daya tawar Amerika dalam negosiasi mungkin berhasil pada jangka pendek, tetapi risiko spiral perang tarif dapat mengguncang kepercayaan investor global.

Prinsip perdagangan bebas perlu dipertahankan, dengan perbaikan pada mekanisme multilateral seperti WTO untuk menyelesaikan sengketa secara adil.

“Kami menghimbau semua pihak untuk kembali pada meja perundingan dan memprioritaskan stabilitas perdagangan global,” kata Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal WTO.

Membutuhkan Solusi Rasional, Bukan Eskalasi Emosi

Strategi tarif baru Trump menguji batas sistem perdagangan internasional, menghidupkan kembali perdebatan lama tentang manfaat dan risiko proteksionisme.

Kebijakan ini menyoroti perlunya pendekatan rasional berbasis data yang menyeimbangkan antara kepentingan domestik dan keterbukaan ekonomi global.

Bagi negara-negara mitra AS, langkah terbaik adalah merespons secara terukur: bernegosiasi keras, namun tetap menghindari retaliasi yang kontraproduktif.

Pasar bebas dan globalisasi tidak sempurna, tetapi tetap menjadi mekanisme paling efektif untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif.

Amerika Serikat, sebagai pemimpin ekonomi dunia, memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya memenangkan negosiasi, tetapi juga menjaga arsitektur ekonomi global yang stabil dan terbuka.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Kongsinews.com dan Hilirisasinews.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Halloup.com dan Halloupdate.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatimraya.com dan Hellocianjur.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

 

Berita Terkait

Selamat Jalan Kwik Kian Gie: Ekonom Rasional, Patriot Tanpa Kompromi
Pertanian Indonesia Naik Pesat, Steve Forbes Puji Kepemimpinan Prabowo
Press Release Berbayar: Investasi Komunikasi Publik yang Terukur untuk Bisnis Anda
Tata Kelola Energi Indonesia Disorot: Hashim Klarifikasi Kasus Riza Chalid
Tarif Ekspor RI Turun Jadi 19% Usai Deal Dagang dengan AS, Kata Trump
Siapa Pemilik Tanah Surga? Lima Tambang Berebut Pulau Kecil di Raja Ampat yang Dilindungi Undang-Undang
Durian Beku Indonesia Resmi Tembus Tiongkok, Barantin Jamin Ketertelusuran dari Kebun Hingga Pengemasan
Presiden Prabowo Tekankan Transparansi Investasi BUMN Saat Panggil CEO Danantara Rosan Roeslani
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 08:21 WIB

Selamat Jalan Kwik Kian Gie: Ekonom Rasional, Patriot Tanpa Kompromi

Sabtu, 26 Juli 2025 - 09:06 WIB

Pertanian Indonesia Naik Pesat, Steve Forbes Puji Kepemimpinan Prabowo

Rabu, 23 Juli 2025 - 07:10 WIB

Press Release Berbayar: Investasi Komunikasi Publik yang Terukur untuk Bisnis Anda

Rabu, 16 Juli 2025 - 10:16 WIB

Tarif Ekspor RI Turun Jadi 19% Usai Deal Dagang dengan AS, Kata Trump

Senin, 14 Juli 2025 - 15:08 WIB

Perang Dagang Kian Dekat: Tarif Baru AS Hantam Asia, Afrika, dan Eropa

Berita Terbaru

Presiden Indonesia Prabowo Subianto. (Facebook.com @Setkab RI)

NASIONAL

Dari Kopassus ke Istana, Harta Prabowo Meroket

Kamis, 24 Jul 2025 - 14:39 WIB