Dialog Santai Anthony Budiawan dengan Kwik Kian Gie Seputar APBN dan Jumlah Kabinet Prabowo Subianto

Avatar photo

- Pewarta

Rabu, 16 Oktober 2024 - 09:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawani dan pengamat ekonomi Kwik Kian Gie. (Dok. PEPS)

Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawani dan pengamat ekonomi Kwik Kian Gie. (Dok. PEPS)

KENGPO.COM – Pagi hari, Selasa, 15 Oktober 2024, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawan ɓerkomunikasi lagi dengan pengamat ekonomi Kwik Kian Gie

Kali ini pembicaraannya seputar APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Maklum, malam sebelumnya Presiden terpilih Prabowo Subianto memanggil calon menteri.

Kwik Kian Gie cukup terkejut melihat begitu banyak calon menteri yang dipanggil.

Di bawah ini adalah kutipan wawancara tanya jawab keduanya,  sebagai berikut;

Anthony Budiawan (AB): Selamat pagi Pak Kwik.

Kwik Kian Gie (KKG): Pagi Ton. Semalam saya lihat pemanggilan calon menteri Prabowo.

Saya cukup terkejut. Begitu banyak calon menteri yang dipanggil. Apa benar mereka semuanya akan menjabat menteri.

AB: Ya Pak Kwik. Menurut informasi, jumlah kementerian pemerintahan Prabowo ini diperkirakan sekitar 44-46 kementerian.

KKG: Waah, kalau begitu banyak, apakah APBN kita sanggup dibebani jumlah kementerian yang gemuk seperti itu? Bukankah APBN kita semakin melemah dan porsi anggaran rutin saat ini relatif cukup tinggi?

Apakah masih ada ruang gerak fiskal untuk membiayai biaya operasional pemerintah yang begitu gemuk, tanpa mengganggu atau mengurangi anggaran dari kementerian lainnya?

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

AB: Ya, memang ruang gerak APBN saat ini sangat sempit. Komposisi “belanja rutin” sangat besar, mencapai sekitar 86-88 persen dari total anggaran pengeluaran pemerintah pusat.

KKG: Apa saja yang termasuk “belanja rutin”.

AB: Saya kategorikan “belanja rutin” adalah semua belanja APBN di luar Belanja Modal. Artinya, “belanja rutin” terdiri dari belanja pegawai, belanja barang (termasuk biaya pemeliharaan), pembayaran bunga utang, subsidi, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Dan total belanja rutin ini sudah mencapai 86-88 persen dari total pengeluaran pemerintah pusat. Itupun sudah termasuk utang dari defisit anggaran yang pada tahun 2023 mencapai sekitar Rp337 triliun, atau sekitar 15 persen dari total pengeluaran pemerintah pusat. Padahal Belanja Modal hanya Rp303 triliun saja.

Maka itu, pembengkakan jumlah kementerian memang menjadi tantangan besar APBN, bagaimana membiayai semua itu.

KKG: Kondisi ini mirip waktu orde baru. Selama orde baru seluruh pendapatan negara habis untuk anggaran rutin. Pembangunan dibiayai sepenuhnya oleh utang dari IGGI/CGI yang disebut Pemasukan Pembangunan.

Dengan demikian banyaknya menteri dan wakil menteri, apakah seluruh pemasukan APBN tidak habis?

AB: Memang saat ini pendapatan negara sudah habis untuk “belanja rutin”. Anggaran pembangunan jaman Pak Harto sekarang dinamakan Belanja Modal, dan sepenuhnya juga dibiayai dari utang. Yaitu, Belanja Modal hanya Rp303 triliun tetapi defisit atau utang anggaran mencapai Rp337 triliun.

KKG: Belanja pegawai dan pembayaran bunga utang memang sangat rigid. Hampir tidak mungkin dipangkas. Kalau tidak salah, kedua pos anggaran ini saja sudah mencapai 40-45 persen dari total pengeluaran pemerintah pusat.

Tetapi, belanja barang, subsidi, dan bantuan sosial kan masih bisa fluktuasi atau dipangkas. Karena ketiganya tidak murni belanja rutin.

AB: Benar Pak Kwik. Tetapi fluktuasinya tidak bisa terlalu besar. Belanja barang, namanya saja belanja barang, tetapi sebenarnya adalah belanja operasional rutin juga, termasuk biaya pemeliharaan rutin. Jadi tidak bisa dipangkas terlalu banyak.

Belanja barang saja sudah mencapai sekitar 22 persen dari total pengeluaran pemerintah pusat, yang sudah termasuk utang anggaran tadi.

Sedangkan belanja subsidi dan belanja bantuan sosial sebenarnya juga termasuk “belanja rutin”.

Selama kondisi sosial masyarakat tidak banyak berubah, seperti yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini, maka kebutuhan belanja subsidi dan belanja bantuan sosial juga masih sama saja.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Bahkan kondisi sosial selama lima tahun belakangan ini malah memburuk, sehingga belanja subsidi dan bantuan sosial seharusnya naik. Tetapi di era pemerintahan Jokowi malah dipangkas.

KKG: Kalau belanja subsidi atau bantuan sosial dikurangi hanya untuk membiayai penambahan jumlah kementerian yang membengkak, risikonya cukup besar. Daya beli masyarakat kelompok bawah akan turun drastis, dan tingkat kemiskinan naik. Bukankah begitu?

AB: Iya, pemerintahan Jokowi memang nekat, sepertinya tidak memikirkan kesejahteraan masyarakat. Subsidi dan bantuan sosial di era Jokowi dipangkas. Hasilnya sudah dapat diduga, tingkat kemiskinan stagnan, bahkan naik.

Bagaimana dengan Prabowo, apakah akan membiayai biaya operasional kabinet yang semakin besar juga dengan mengorbankan subsidi dan bantuan sosial? Saya tidak tahu, mau ambil dari pos anggaran yang mana.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

KKG: Lah, kalau tidak mengorbankan belanja subsidi atau bantuan sosial, dari mana uang untuk membiayai biaya operasional kabinet tersebut? Apakah berarti pajak akan naik, seperti rencana Prabowo yang ditulis di dalam visi misinya?

AB: Ini pekerjaan rumah besar bagi tim Prabowo. Dilematis. Karena menaikkan pajak, seperti PPN atau mencari sumber pajak baru, bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan lagi.

KKG: Selain itu, perlu diingat juga Ton, Prabowo juga masih perlu dana besar untuk menjalankan program prioritasnya, yaitu memberantas stunting dan memberi makan siang gratis. Apakah anggaran untuk semua ini juga akan diambil dari belanja subsidi, belanja bantuan sosial atau menaikkan pajak? Kita lihat saja nanti.

Begitu penggalan dialog ringan dan santai pagi itu dengan Kwik Kian Gie, senior saya di Rotterdam, dan sekaligus guru dan teman diskusi.***

Berita Terkait

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 dan 2026, Berikut Sejumlah Indikator Ekonomi
Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai Sebesar 12 Persen Minta Ditunda, Kadin Indonesia Beber Alasannya
Pemerintah Ungkap Alasan Gapoktan Harus Bertransformasi Menjadi Koperasi dalam Penyaluran Pupuk Subsidi
Sapulangit Media Partnership Beri Dukungan Publikasi Press Release untuk Penyelenggaraan Kegiatan Event
Prabowo Subianto Tiba di Tanah Air Usai Kunjungan Kerja dari 6 Negara, Diawali Negara Tiongkok
Kunker ke Luar Negeri Bawa Komitmen Investasi US$ 18,5 Miliar, Prabowo Subianto: Melebihi Target
Usai Bertemu Raja Charles III, Prabowo Temui PM Inggris Bahas Kerjasama Ekonomi, Pertahanan hingga Iklim
Risiko Perekonomian Global Semakin Tinggi Seiring dengan Meningkatnya Ketegangan Geopolitik
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Sabtu, 30 November 2024 - 15:53 WIB

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 dan 2026, Berikut Sejumlah Indikator Ekonomi

Sabtu, 30 November 2024 - 11:05 WIB

Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai Sebesar 12 Persen Minta Ditunda, Kadin Indonesia Beber Alasannya

Sabtu, 30 November 2024 - 09:17 WIB

Pemerintah Ungkap Alasan Gapoktan Harus Bertransformasi Menjadi Koperasi dalam Penyaluran Pupuk Subsidi

Selasa, 26 November 2024 - 16:11 WIB

Sapulangit Media Partnership Beri Dukungan Publikasi Press Release untuk Penyelenggaraan Kegiatan Event

Minggu, 24 November 2024 - 18:41 WIB

Prabowo Subianto Tiba di Tanah Air Usai Kunjungan Kerja dari 6 Negara, Diawali Negara Tiongkok

Berita Terbaru