DI RUANG rapat virtual yang tenang, suara Perry Warjiyo terdengar mantap, seolah menimbang berat sebuah janji yang ditaruh di meja ekonomi nasional.
Ia berbicara tentang bunga kredit yang segera turun, tapi seperti air hujan yang jatuh dari hulu ke hilir, perjalanan itu tidak seketika.
Bank Indonesia sejak September 2024 sudah menurunkan BI-Rate, sebuah sinyal awal bahwa ongkos dana akan lebih murah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, transmisi kebijakan moneter itu ibarat riak di danau luas: butuh waktu untuk sampai ke perahu-perahu kecil yang berlayar di atasnya.
Proses Penurunan Bunga Kredit Tidak Bisa Seketika
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, tidak tergesa dalam menyampaikan keyakinannya.
“Arahnya dari perbankan positif bahwa ke depan memang suku bunga, baik deposito maupun kredit, itu juga akan turun, memang perlu waktu,” katanya.
Baca Juga:
Dari Optimis Jadi Waspada, CSA Index September 2025 di 65,4
60% Sektor Informal, Indonesia Perlu Strategi Kolektif Hadapi Tantangan
Menkeu Purbaya Targetkan Pertumbuhan 7 Persen, DPR Ingatkan Risiko PHK dan Defisit APBN
Pengalaman menunjukkan, suku bunga deposito biasanya merespons lebih cepat, sekitar tiga bulan setelah BI-Rate turun.
Sedangkan bunga kredit—yang menjadi nadi dunia usaha—baru terasa lebih longgar setelah enam bulan berjalan.
Kredit ibarat darah yang mengalir di tubuh ekonomi, tetapi arusnya sering tersendat oleh kehati-hatian bank.
Perry menekankan, “Tentu saja dengan tetap berdasarkan prinsip-prinsip kehati-hatian bank dalam penyaluran kredit.”
Baca Juga:
Lebih dari 50 Organisasi Tionghoa Hadir, PSMTI Tegaskan Peran Bangsa 2025
Operasi Bersih Sawit Ilegal 360 Hektare di Gunung Leuser
Efektivitas Sabun Cuci Tangan Dan Hand Sanitizer Terbukti Berbeda
Likuiditas Perbankan Cukup Kuat untuk Dorong Pertumbuhan
Dari sisi dana, bank sebenarnya tidak kekurangan amunisi.
Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) mencapai 27 persen, sebuah angka yang menandakan kas perbankan cukup gemuk.
Dengan likuiditas seperti itu, ruang ekspansi kredit terbuka lebar.
Perry menilai, “Kami juga menangkap tanggapan positif dari perbankan agar bersama-sama Bank Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan kredit ke depan.”
Bank-bank memang menunjukkan minat menyalurkan pinjaman, tapi gairah itu belum sepenuhnya bertemu dengan permintaan.
Ekonomi ibarat pesta yang sudah disiapkan kursi dan makanan, namun tamunya masih datang setengah hati.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Jadi Tamu Kehormatan di Parade 80 Tahun Kemenangan Tiongkok
Menarik Minat Jurnalis Ekonomi Butuh Strategi Undangan yang Tepat
Permintaan Kredit Masih Terkonsentrasi di Sektor Ekspor
Tidak semua sektor ekonomi haus akan kredit baru. Permintaan pinjaman lebih banyak datang dari perusahaan yang berorientasi ekspor, memanfaatkan peluang pasar luar negeri di tengah melemahnya konsumsi domestik.
Di sisi lain, sektor transportasi, jasa, pertanian, dan sebagian industri manufaktur masih menunjukkan geliat yang cukup untuk meminta tambahan dana.
Namun, belum merata sehingga pertumbuhan kredit nasional terasa berjalan pincang.
Situasi ini menggambarkan wajah ekonomi yang belum pulih sepenuhnya, meski indikator likuiditas memberi kabar baik.
Perry menyebut, “Permintaan kredit lebih banyak bertumpu pada sektor berorientasi ekspor, kemudian beberapa sektor permintaan domestik.”
BI dan KSSK Berkomitmen Menopang Ekonomi Lebih Luas
Bank Indonesia tidak berjalan sendiri. Bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), mereka merancang strategi.
Agar kredit benar-benar sampai ke sektor-sektor produktif yang menopang pertumbuhan nasional.
Perry menegaskan, arah kebijakan moneter sudah jelas: bunga kredit akan menurun secara bertahap, memperkuat daya dorong ekonomi.
Namun, efeknya tidak bisa instan, karena transmisi moneter adalah maraton, bukan sprint.
Harapan yang dititipkan pada perbankan kini menjadi semacam janji kolektif.
Jika bunga benar-benar melunak, biaya usaha akan turun, roda produksi berputar lebih cepat, dan konsumsi masyarakat ikut terangkat.
Seperti hujan yang akhirnya jatuh di ladang, turunnya bunga kredit bisa menjadi air kehidupan baru bagi dunia usaha.
Tapi, seperti kata Perry, “Memang perlu waktu.”****
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infobumn.com dan Bisnisnews.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Adilmakmur.co.id dan Hallokampus.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Nusraraya.com dan Jakartaoke.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center