HARIAN Keng Po lahir di Batavia pada 1923 sebagai corong bagi suara Tionghoa Peranakan yang ingin diakui sebagai bagian sah dari bangsa Indonesia.
Berbeda dari Sin Po yang condong pada isu Tiongkok, Keng Po menggunakan bahasa Melayu sederhana untuk menjangkau pembaca luas sambil memperjuangkan integrasi sosial Tionghoa-Indonesia.
Editorial Keng Po secara konsisten memuat kritik terhadap kebijakan kolonial Belanda yang diskriminatif dan menyuarakan dukungan bagi kemerdekaan rakyat Indonesia melawan penjajahan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Koran ini menjadi arena penting bagi debat publik, refleksi identitas Tionghoa Peranakan, sekaligus penyambung aspirasi rakyat kecil yang kerap terpinggirkan dari diskursus nasional.
Keberaniannya menyajikan opini tajam menjadikan Keng Po salah satu pilar pers nasional yang mengutamakan keberpihakan pada keadilan sosial meski minoritas di tengah mayoritas.
Bertahan Melewati Penjajahan Hingga Demokrasi Terpimpin yang Membungkam
Masa penjajahan Jepang yang penuh sensor tak mampu sepenuhnya meredam semangat kritis Keng Po meski ruang geraknya jadi terbatas pada topik yang diizinkan pemerintah militer.
Baca Juga:
Selamat Jalan Kwik Kian Gie: Ekonom Rasional, Patriot Tanpa Kompromi
Pertanian Indonesia Naik Pesat, Steve Forbes Puji Kepemimpinan Prabowo
Setelah kemerdekaan, Keng Po kembali jadi pemain penting dalam pembentukan opini publik namun harus menghadapi tekanan dari pemerintah Indonesia yang belum sepenuhnya demokratis.
Saat Orde Lama dengan Demokrasi Terpimpinnya mulai diberlakukan, kebebasan pers semakin terkungkung dengan dalih menjaga stabilitas nasional di tengah pergolakan politik.
Keng Po tetap mempertahankan independensi redaksi, namun tekanan politik dan regulasi diskriminatif terhadap simbol-simbol Tionghoa membuatnya dalam posisi yang sulit.
Pemerintah menganggap media kritis sebagai ancaman bagi kekuasaan sehingga banyak surat kabar independen seperti Keng Po terpaksa menuruti kemauan penguasa atau dibredel.
Baca Juga:
MMIX Luncurkan Saham Bonus, Investor Lirik Strategi Ekspansi Baru
Press Release Berbayar: Investasi Komunikasi Publik yang Terukur untuk Bisnis Anda
Tata Kelola Energi Indonesia Disorot: Hashim Klarifikasi Kasus Riza Chalid
Akhir Tragis: Pembredelan dan Upaya Bertahan dengan Identitas Baru
Kampanye anti-simbol Tionghoa yang digencarkan pemerintah memaksa banyak organisasi dan media Tionghoa beradaptasi demi bertahan hidup.
Harian Keng Po dibredel pada 1 Agustus 1957, namun penting untuk dicatat bahwa pembredelan ini tidak serta merta menghentikan penerbitannya sepenuhnya.
Melainkan memaksanya untuk melakukan perubahan nama dan terus menghadapi tekanan hingga akhirnya benar-benar berhenti terbit.
Termasuk Keng Po akhirnya berganti nama menjadi Pos Indonesia sebagai bentuk kompromi agar tetap bisa terbit di bawah aturan baru pemerintah yang diskriminatif.
Namun di balik nama baru itu, semangat kritis dan keberpihakan pada minoritas tak pernah padam meski terus mendapat tekanan dari rezim otoriter.
Pada awal 1960-an, tekanan politik memuncak dan akhirnya Pos Indonesia dipaksa berhenti terbit, menandai akhir dari sebuah era penting dalam sejarah pers Indonesia.
Baca Juga:
Prestasi KB Valbury Sekuritas Tercatat di PROPAMI CUP VI
Ambisi BRICS Kurangi Dolar AS Masih Jauh dari Kenyataan Pasar Global
Tarif Ekspor RI Turun Jadi 19% Usai Deal Dagang dengan AS, Kata Trump
Kisah Keng Po jadi pengingat rapuhnya demokrasi dan pentingnya terus memperjuangkan kebebasan berekspresi sebagai hak fundamental seluruh rakyat Indonesia.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Kongsinews.com dan Hilirisasinews.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Halloup.com dan Halloupdate.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatimraya.com dan Hellocianjur.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center