BISNISPOST.COM – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanss) Arief Prasetyo Adi tegaskan komitmen bersama dengan para stakeholder pangan untuk menurunkan angka Susut dan Sisa Pangan (SSP).
Ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia kepada dunia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengurangan susut dan sisa pangan.
“Hari ini fokusnya mengenai (metode baku) perhitungan susut pangan, itu di hulu, dan sisa pangan di hilir, tapi ini bukan tujuan utama.”
Baca Juga:
Salah Satunya Negara Indonesia, Sebanyak 9 Negara Disepakati untuk Jadi Anggota Perkumpulan BRICS
Cegah Mantan Menkumham Yasonna Laoly ke Luar Negeri Terkait Kasus Harun Masiku, Ini Penjelasan KPK
“Perhitungan dengan metode ini menghantarkan kita agar susut dan sisa pangan betul-betul terukur dan dapat terus diturunkan atau dikurangi.”
“Jadi jangan sampai produksi yang sudah diupayakan itu banyak yang terbuang, dan juga nanti sampai di meja makan juga terbuang karena tidak dikonsumsi,” ungkap Arief.
Dikutip Pangannews.com, Bapanas meluncurkan Metode Baku Perhitungan Susut Pangan pada Petani dan Metode Baku Perhitungan Sisa Pangan pada Ritel di Jakarta (24/9/2024).
Bapanas bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Bappenas, bersama tiga mitra Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL).
Yakni Garda Pangan, Parongpong RAW Lab, dan World Resources Institute (WRI) Indonesia.
Baca Juga:
BRI Gelar Nonton Wayang di Kampung BRI Rayakan HUT ke-129, Lestarikan Warisan Budaya Nusantara
Inilah Daftar Lengkap 5 Tersangka Korporasi yang Dilimpahkan Kejagung kepada Jaksa Penuntut Umum
Susut Pangan merupakan penurunan kuantitas pangan yang terjadi pada proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan/atau mengubah bentuk pangan.
Sementara itu, Sisa Pangan merupakan pangan layak dan aman untuk dikonsumsi manusia yang berpotensi terbuang menjadi sampah makanan pada tahap distribusi dan konsumsi.
“Akurasi penghitungan susut dan sisa pangan (SSP) sangat penting dalam perencanaan pangan.”
“Kami yakin, kehadiran metode baku yang telah disesuaikan dengan konteks Indonesia ini.”
Baca Juga:
Segenap Tim Rilispers.com Mengucapkan Selamat Hari Natal 2024, Kiranya Damai Natal Besertamu
Adakan Soft Launching Kantor Baru di Equity Tower, Ketum PSMTI: Agar Makin Banyak Dikenal Masyarakat
Shadenlouth Siap Hibur Pengunjung Cafe dan Tempat Nongkrong dengan Sajian Live Music
“Dapat membantu para pihak dalam menghasilkan data SSP yang lebih akurat dan reliabel,” tutur Arief.
“Dengan adanya metode baku ini, Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha pangan, penyedia pangan, dan pemangku kepentingan lainnya dapat melakukan analisis yang lebih tepat dan akurat.”
“Sehingga kebijakan yang disusun dapat diarahkan lebih efektif, menangani titik-titik kritis di sepanjang rantai pasok pangan, dan memberikan solusi yang lebih strategis,” tambahnya.
Iapun menegaskan bahwa kerja sama lintas sektor menjadi kunci penting dalam penanggulangan permasalahan ini.
“Selalu kita sampaikan bahwa sinergi pentahelix sangat penting untuk menjaga komitmen bersama mengatasi susut dan sisa pangan Ini.”
“Berbagai pihak, pemerintah, akademisi, petani, pelaku usaha, distributor, ritel, hotel, restoran, katering, hingga konsumen akhir, harus berperan aktif dalam upaya mencegah dan mengurangi susut dan sisa pangan,” ungkapnya.
Senada dengan Arief, Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo menjelaskan bahwa metode ini telah diujicobakan.
Kepada Pemerintah Daerah yang melibatkan OPD Pangan dan Bappeda di 15 provinsi pelaksana kegiatan Gerakan Selamatkan Pangan.
“Saya berharap metode baku ini dapat menjadi pijakan penting dalam upaya kolektif kita untuk mencegah dan menangani.”
“Termasuk meredistribusi SSP di Indonesia, sekaligus mengurangi kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkan,” ungkap Nyoto.
Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas Jarot Indarto menyatakan apresiasinya kepada Badan Pangan Nasional.
Karena telah menindaklanjuti isu terkait susut dan sisa pangan di Indonesia sehingga penanganannya dapat terus bergaung.
“Jadi bentuk perhitungan ini merupakan kontribusi nyata bagi Indonesia ke global bahwa kita sangat concern terhadap isu food loss and waste.”
“Kami juga berharap nantinya tidak hanya dalam konteks mengukur tetapi juga memberitahu para pelaku seberapa besar food loss and waste yang dikontribusikan.”
“Sehingga terjadi perubahan perilaku para pelaku dalam sistem pangan itu,” tegasnya
Jarot berharap ini menjadi dasar bagi seluruh pihak untuk merumuskan upaya-upaya pengurangan susut dan sisa pangan.
Serta bentuk nyata bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan transformasi sistem pangan.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste Rut Krüger Giverin mengapresiasi berbagai upaya dan kolaborasi.
Terutama secara pro aktif telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia bersama mitra terkait dalam penanganan isu susut dan sisa pangan.
“Kami sangat bangga dapat berkontribusi dalam penyusunan metode baku yang sangat penting bagi upaya pengurangan emisi karbon Indonesia, khususnya dari sektor pangan dan tata guna lahan.”
“Kami sangat mengapresiasi dukungan Bapanas dan Bappenas, serta kerja KSPL dan mitra yang telah membantu penyusunan metode ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Sekretariat KSPL Gina Karina mengatakan bahwa kedua metode baku yang diluncurkan hari ini disusun berdasarkan dokumen Food Loss and Waste Protocol.
Dokumen itu diluncurkan oleh 7 organisasi nonprofit terkemuka dunia pada 2013 lalu.
Dokumen tersebut berisi metode perhitungan yang didasarkan pada kondisi di tingkat global.
“Bersama mitra, kami berupaya untuk memastikan metode tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia.”
“Sehingga benar-benar dapat memberikan gambaran yang lebih akurat terkait susut dan sisa pangan di Indonesia, baik untuk ritel maupun petani di tingkat lokal dan nasional,” ujar Gina.
Gina pun berharap hal ini dapat menjadi langkah awal untuk mencapai target utama dari susut dan sisa pangan sebesar 50 persen di 2030.
“Kami butuh dukungan dari semua pihak agar metode ini bisa dikembangkan lagi sehingga bisa digunakan oleh lebih banyak stakeholder.”
“Seperti horeka (hotel, restoran dan kafe) dan juga dukungan media untuk sama-sama menyuarakan stop boros pangan,” ungkapnya.
Berdasarkan data Bappenas, Indonesia menghasilkan susut dan sisa pangan atau food loss and waste sebanyak 115-184 kg per kapita per tahun pada periode tahun 2000-2019.
Kerugian ekonomi yang dihasilkan juga tidak sedikit, yakni sekitar 4-5% dari PDB Indonesia per tahun.
Turut hadir pada kesempatan ini Plt. Sekretaris Utama Sarwo Edhy, Country Director WFP, Denmark Embassy, Atase Chile, Country Project Portfolio Indonesia IFAD.
Chief Executive Officer Garda Pangan, Vice President Parongpong RAW Lab, Policy Manager IBCSD, Waste4Change, perwakilan lintas K/L Bappenas, Kementan, KKP, Kemendag.
Kemendagri, KemenParekraf, Kemlu, Kemenkes, BRIN, BPOM, akademisi, mitra BUMN/Swasta dan OPD Pangan terkait serta bank pangan/penggiat selamatkan pangan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnisidn.com dan Mediaemiten.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Apakabarnews.com dan Cantik24jam.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.